ARTIKEL
TEKNIK PETA KONSEP MOTIF BATIK SEBAGAI ALTERNATIF
PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA
PEKALONGAN
Artikel
ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Muatan Lokal
Dosen
Pengampu : Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd
Disusun
oleh :
NINA FITRIANA
1401413598
ROMBEL 1V E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ABSTRAK
Anak
usia Sekolah Dasar kurang mnegenal akan budaya dan lingkungan daerah tempat
tinggalnya. Anak-anak usia Sekolah Dasar masih kurang mengenal dan akrab dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budayanya. Oleh karen itu
perlu pendidikan yang mengangkat tentang budaya lokal daerah. Pendidikan muatan
lokal (Mulok) adalah sebuah pengajaran untuk mengajak siswa untuk mencintai daerahnya sendiri, mencintai hasil karya
daerahnya, mengetahui budaya daerahnya dan hal lain yang bersifat lokal. Dengan
demikian diharapkan dapat tumbuh rasa
mencintai, menghargai, dan keinginan untuk terus melestarikan budaya lokalnya.
Di Kota Pekalongan, pengembangan kurikulum muatan lokal berdasarkan ketrampilan
warisan budaya yaitu Batik. Alasan muatan lokal membatik yang dicanangkan di Sekolah
Dasar di Kota Pekalongan. Muatan lokal kurikulum batik di SD di Kota Pekalongan
memiliki fungsi strategis dalam beberapa aspek yaitu aspek sejarah, aspek keberlanjutan, dan peluang usaha bagi
kemanfaatan dimasa depan. Dengan mengenalkan bahkan membekali siswa tentang
seni batik diharapkan akan muncul para pengusaha muda yang
bergerak di bidang industri batik tradisional dan batik
modern. Pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dirancang secara lebih
efektif dan efisien sehingga lebih bermakna yaitu dengan diintegrasikan dengan
mata pelajaran lain dengan cara menyuruh siswa untuk membuat peta konsep materi
pelajaran tersebut agar lebih memudahkan peserta didik memahami materi
pelajaraan tersebut. Motif
Batik dapat dijadikan sebagai teknik dalam mebuat peta konsep untuk meringkas
materi pembelajaran sehingga lebih menarik. Dengan motif batik dapat membuat
siswa menjadi tertarik dan tidak merasa bosan bahkan dapat memacu semangat
belajar siswa karena keindahan motif batik yang berada di catatan buku tulisnya
Kata Kunci : Kurikulum muatan
lokal, kerajinan batik, integrasi, peta konsep batik
PENDAHULUAN
Indonesia
yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara,
bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang
memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan.
Pengenalan keadaan lingkungan lingkungan , sosial, dan budaya kepada siswa
memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan
dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan yang diarahkan untuk menunjang
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa.
Keanekaragaman
multikultur mendasar kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata
pelajaran Muatan Lokal dalam kurikulum Sekolah Dasar. Sekolah merupakan tempat program
pendidikan dilaksanakan serta sekolah merupakan bagian dari masyarakat.
Aktivitas di sekolah memberikan wawasan yang luas pada siswa tentang kekhususan
yang ada di lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu perlu adanya mata
pelajaran di Sekolah yang berbasis Muatan Lokal (Mulok). Muatan Lokal
memberikan Peluang kepada siswa untuk mengenal dan mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan lokal yag dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Pekalongan
merupakan kota batik karena produksi batiknya yang indah dan dinamis. Sebagian
mata pencaharian warganya adalah memproduksi batik. Batik merupakn warisan
budaya yang harus di lestarikan keberadaannya. Batik menjadi ikon Kota
Pekalongan karena pada hakikatnya Batik adalah Budaya asli Indonesia yang
bersal dari Kota Pekalongan. Oleh karena itu, perlu ada pembelajaran di skolah
yang mengenalkan tentang Batik khas Kota Pekalongan agar lebih di kenal oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya dan Masyarakat Kota Pekalongan pada
khususnya.
Muatan Lokal di Kota Pekalongan dimaksudkan
untuk mengembangkan potensi daerah Pekalongan sebagai bagian dari upaya
peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar di Kota Pekalongan. Muatan lokal
dapat berbentuk ketrampilan kerajinan daerah Kota Pekalongan, salah satunya
kerajinan Batik yang merupakan ikon Kota Pekalongan.
Dewasa
ini, anak-anak kurang mengenal akan budaya dan lingkungan daerah tempat
tinggalnya. Anak-anak usia Sekolah Dasar masih kurang mengenal dan akrab dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budayanya. Siswa juga krang
memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya
yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat daerah temmpat
tinggalnya, selain itu siswa Sekolah Dasar umumnya belum dapat menghargai
budaya daerah tempat tinggalnya dan belum dapat melestarikan dan mengembangkan
nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka pembangunan nasional.
Kerajinan
Batik dapat dijadikan alternatif pengembangan kurikulum Muatan Lokal di Sekolah
Dasar di Kota Pekalongan, karena Batik merupakan kerajinan warisan leluhur dan
warisan budaya yang harus menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat.
PEMBAHASAN
Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan peengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Muatan
Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas daan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah
yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada.
Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak
terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Keberadaan
mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
tidak terpusat, sebagai upaya agar peneyelenggaraan pendidikan dimasing-masing
daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional
yang selarang dengan pemerintahan daerah.
Muatan
Lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti
bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan lokal.
Muatan
Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak
terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Pengembangan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang
mudah, karena harus dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata
Pelajaran Muatan Lokal.
Mata
pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap
tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan
pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan
muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar
penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya
terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan
salah satu prinsip pengembangan KTSP bahwa kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Konsep pengembangan kurikulum
Muatan Lokal
Pengembangan
muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang meliputi (1) Sumber Daya Alam (SDA); (2) Sumber Daya
Manusia (SDM); (3) Geografis; (4)
Budaya; dan (5) Historis.
Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung
dalam bumi, air, dan udara yang dalam bentuk asalnya dapat didayagunakan untuk
berbagai kepentingan. Misalnya pada bidang pertanian adalah
padi. Dalam konsep pengembangan kurikulum Muatan Lokal perlu memperhatikan
keterkaitan anatara Muatan Lokal yang akan dikembangkan pada pembelajaran
dengan potensi yang unggul dalam daerah tersebut. Kemuadian, potensi Sumber Daya
Manusia yang dikembangkanpun harus dapat mengambil peluang serta mampu
mendayagunakan potensi alam yang disekitarnya secara seimbang dan
berkeesinambungan. Sumber Daya Manusia yang bekerja sangat berperandalam
mengembangkan kurikulum muatan lokal di daerah tersebut karena Sumber Daya
Manusia sebagai sentral atau pusat dalam proses pencapaian implementasi kurikulum
muatan lokal.
Dalam
pengembangan kurikulum muatan lokal juga perlu memperhatikan potensi geografis
daerah tersebut. Potensi geografis merupakan salah satu aspek penentu dalam
menetapkan potensi muatan lokal yang akan dikembangkan.
Penyusunan Jenis Muatan Lokal
Dalam penyussunan jenis Muatan lokal yang akan
dimplementasikan pada pembelajaaran di Sekolah Dasar perlu dilakukan
serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang disususn sesuai dengan kebutuhan
peserta didik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.
Langkah penyusunan muatan lokal, meliputi (1)
identifikasi keadaan dan kebutuhan lingkungan/daerah, (2) identifikasi potensi
daya dukung - internal dan eksternal, dan (3) identifikasi materi pembelajaran
muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan potensi satuan pendidikan
(1)
Identifikasi
Kondisi dan Kebutuhan Daerah
Kondisi
daerah dapat ditinjau dari potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1. Rencana
pembangunan daerah, termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan
jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
2. Pengembangan
ketenagakerjaan termasuk jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan;
3. Aspirasi
masyarakat mengenai konservasi alam dan pengembangan daerah.
Pengumpulan
data untuk identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui
wawancara. Dalam melakukan wawancara, dapat dilakukan pengumpulkan data
mengenai:
1.
Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan
antar-penduduk, kerukunan antarumat beragama, dsb.); Kondisi ekonomi (mata
pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.)
2.
Aspek budaya (etika sopan santun,
kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan, dsb.);
3.
Kekayaan alam (pertambangan, perikanan,
perkebunan, dsb.);
4.
Makanan khas daerah (gado-gado Jakarta,
asinan Bogor, gudeg Yogya, rendang Padang, dsb.);
5.
Prioritas pembangunan daerah (busway,
pusat perbelanjaan, pengentasan kemiskinan, dsb.);
6.
Kepedulian masyarakat akan konservasi
dan pengembangan daerah;
7.
Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan daerah (sebagai kota batik), seperti
kemampuan membuat batik.
(2)
Identifikasi
Potensi Satuan Pendidikan
Dalam
menyusun jenis Muatan Lokal yang akan diimplementasikan dalam pembelajaran
muatan lokal perlu memperhatikan mengenai kondisi potensi satuan pendidikan/
sekolah. kondisi satuan pendidikan/sekolah sangat bervariasai. Oleh karena itu,
untuk menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan
harus melakukan identifikasi terhadap potensi masing-masing. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki. Kegiatan
yang dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan
yang ditekankan pada kebutuhan peserta didik yang harus memperhatikan:
1.
lingkungan, sarana dan prasarana,
2.
ketersediaan sumber dana,
3.
sumber daya manusia (pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik),
4.
dukungan Komite Sekolah dan masyarakat
setempat,
5.
dukungan unsur lain seperti dunia
usaha/industri,
6.
kemungkinan perkembangan sekolah.
(3)
Identifikasi
Jenis Muatan Lokal
Berdasarkan
kajian berbagai sumber, satuan pendidikan dapat memilih/ menentukan jenis
muatan lokal yang memungkinkan untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan potensi satuan pendidikan. Penentuan jenis muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut:
1.
kesesuaian dengan tingkat perkembangan
peserta didik (fisik, psikis, dan sosial);
2.
ketersediaan pendidik yang diperlukan;
3.
ketersediaan sarana dan prasarana;
4.
ketersediaan sumber dana;
5.
tidak bertentangan dengan agama dan
nilai luhur bangsa;
6.
tidak menimbulkan kerawanan sosial dan
keamanan;
7.
diperlukan oleh lingkungan sekitar.
Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Pengembangan kurikulum muatan lokal diharapkan dapat
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta memperhatikan
keseimbangan dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing. Dalam
pengembangan kurikulum muatan lokal perlu memperhatikan penanganan/pelaksanakan
kurikulum muatan lokal.
Materi pembelajaran muatan lokal harus sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan
cara berpikir, emosi, dan sosial. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diatur agar
tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan mata pelajaran
lain. Materi pembelajaran muatan lokal juga harus memberikan keluwesan bagi
pendidik dalam memilih metode pembelajaran dan sumber belajar seperti buku,
sarana lain, dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, pendidik
diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan
potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan
tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait, dunia usaha/
industri (lapangan kerja), atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu pendidik
hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik
secara aktif dalam proses pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun
sosial. Oleh karena itu dalam pengembangan kurikulmum muatan lokal perlu
memperhatikan pengalokasian waktu yaang efektif.
Muatan Lokal Sekolah Dasar di Kota
Pekalongan
Dengan mempertimbangkan hasil analisis kesesuaian
dengan ketrampilan budaya lokal serta kondisi lingkungan daerah dan dorongan
dari pemerintahan daerah, Sekolah Dasar di Kota Pekalongan memilih Kerajinan
Batik sebagai materi yang dikembangkan dalam Kurikulum muatan lokal di Sekolah
Dasar.
Pemerintah Kota Pekalongan kini telah menjadikan
kegiatan membatik menjadi salah satu kegiatan belajar mengajar wajib. Membatik
telah masuk dalam kurikulum mulok (muatan lokal) untuk para pelajar-pelajar di
sekolah dasar.
Kebijakan bahwa Batik dijadikan sebagai kaian Muatan
Lokal di Sekolah Dasar di Kota Pekalongan adalah melihat kondisi sekarang ini
tentang kekhawatiran terhadap keberadaan pembuat batik yang didominasi oleh
orang-orang tua saja. Karena itu pihak Pemerintah Kota Pekalongan merekomendasikan kepada Sekolah Dasar di Kota
pekalongan agar proses pembuatan batik juga harus dimasukkan dalam kurikulum
pembelajaran anak-anak sekolah. karena batik merupakan icon dari Kota
Pekalongan.
Alasan Penetapan Kurikulum Muatan Lokal
Mambatik
Berdasarkan analisis data terungkap beberapa
pertimbangan sekolah dalam melaksanakan muatan lokal membatik diantaran Kota
Pekalongan saat ini sedang menggalakkan potensi daerah yaitu batik khas Kota
Pekalongan. Saat ini batik merupakan budaya bangsa. Dengan berkembangnya
batik di Kota Pekalongan akan
menambah kekayaan bangsa
dengan ciri khasnya masing-masing. Pemerintah Kota Pekalongan agresif dalam
inovasi pembangunan, dengan tangkas merespons pengakuan batik sebagai warisan
budaya asli Indonesia oleh UNESCO. Muatan lokal kurikulum batik di SD di Kota
Pekalongan memiliki fungsi strategis dalam beberapa aspek.
Pertama, aspek sejarah. Dengan
membekali siswa tentang
pelajaran seni batik maka akan menjadi media pelanggeng kesadaran
sejarah bagi generasi muda. Kedua, aspek
keberlanjutan. Dengan mengenalkan bahkan membekali siswa tentang seni
batik diharapkan akan muncul para
enterprenuer muda yang
bergerak di bidang industri batik tradisional dan batik
modern. Diharapkan dari mereka akan muncul kreatordesainer batik yang memiliki
wawasan global, sehingga melanggengkan batik berarti pula mengembangkan dimensi
pembaruan motif batik lokal. Ketiga, aspek
sosiologis. Mata pelajaran batik yang diajarkan akan memperkuat ikatan
sosial antara komponen masyarakat generasi muda, lintas etnik untuk sama-sama
mencintai produk kebudayaan berindentitas nasional.
Kedua,
memberikan keterampilan bagi
siswa, dengan keterampilan membatik
sebagai kurikulum muatan
lokal memberikan kesempatan
bagi siswa untuk belajar membatik.
Pengajaran membatik mencakup tri aspek pengajaran yaitu aspek pengembangan
pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Lebih lanjut Purba (1984)
mengatakan bahwa pendidikan keterampilan, kerajinan mengutamakan aspek psikomotor
dengan tidak mengabaikan pengembangan aspek pengetahuan, nilai dan sikap. Hal ini berarti pembelajaran harus diisi dengan
kegiatan latihan sebab tanpa melakukan
latihan praktek kerja tak mungkin seseorang menjadi terampil. Karena
faktanya tidak semua siswa setelah lulus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Diharapkan setelah mendapatkan muatan lokal membatik dapat
memberikan bekal keterampilan bagi siswa untuk digunakan sebagai alternatif
lapangan pekerjaan.
Ketiga, peluang usaha. Tidak hanya karena batik
merupakan kekayaan budaya bangsa tetapi batik juga mempunyai prospek yang
bagus, sedangkan pelaku usaha yang belum seimbang dengan jumlah permintaan
batik.
Integrasi Pengembangan Kurikulum
Muatan Lokal Membatik dengan Mata Pelajaran Lain
Mata
Pelajaran di sekolah dasar terdapat mata pelajaran mempunyai materi yang luas
sehingga perlu mencatat materi secara banyak. Mencatat dengan kapasitas banyak
adalah kegiatan yang membosankan bagi peserta didik di Sekolah dasar. Dengan
demikian, akan menghambat proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
menjadi tidak tercapai secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan teknik dan
taktik dari guru untuk mengatasi hambatan tersebut. Salah satunya dengan cara
menyuruh siswa untuk membuat peta konsep
materi pelajaran tersebut agar lebih memudahkan peserta didik memahami
materi pelajaraan tersebut.
Pembuatan
peta konsep dapat diintegrasikan dengan pengembangan kurikulum muatan lokal
Sekolah Dasar di Kota Pekalongan misalnya kerajinan batik. Batik merupakan
materi dalam pembelajaran Kurikulum muatan lokal di Sekolah Dasar di Kota
Pekaalongan. Batik dapat dipadukan sebagai teknik pembuatan peta konsep mata
pelajaran lain yang mempunyai materi banyak.
Teknik
Peta Konsep Motif Batik sebagai alternatif pengembangan kurikulum Muatan Lokal
Pengembangan kurikulum muatan lokal
dapat dilakukan dengan berbagai cara/alternatif. Pengembangan kurikulum muatan
lokal di Sekolah Dasar di Kota Pekalongan memilih kerajinan Batik sebagai
materi yang diangkat dalam mata pelajaran kurikulum muatan lokal dengan pertimbangan bahwa batik merupakan
warisan budaya sehingga tugas kita untuk melestarikannya yang diharapkan
menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki
generasi muda akan produk lokal yang
telah lama tertimbun
oleh arus desak
modernisasi selain itu prospek batik bagus sedangkan pelaku usaha di Kota
Pekalongan belum maksimal serta dapat memberikan siswa dengan keterampilan
dasar sebagai alternatif
pilihan apabila siswa setelah
lulus tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Motif Batik dapat dijadikan sebagai
teknik dalam mebuat peta konsep untuk meringkas materi pembelajaran sehingga
lebih menarik. Dengan motif batik dapat membuat siswa menjadi tertarik dan
tidak merasa bosan bahkan dapat memacu semangat belajar siswa karena keindahan
motif batik yang berada di catatan buku tulisnya. Selain itu pembuatan peta
konsep sebagai ringkasan materi pelajaran yang dimasuki oleh unsur batik dapat
menumbuhkan rasa cita terhadap budaya daerah.
Teknik pembuatan peta konsep dengan
motif batik sebagai alternatif pengembangan kurikulum muatan lokal di Sekolah
Dasar di Kota Pekalongan akan efektif mencapai tujuan pembelajaran kurikulum
muatan lokal yaitu mengenalkan budaya lokal Kota Pekalongan agar siswa sekolah
dasar dapat mencintai budaya sendiri serta dapat mengembangkan nilai lokal Kota
Pekalongan serta sebagai sarana pelestarian budaya dan kekayaan daerah karena
peta konsep dapat diimplementasikan secara terus-menerus ketika pembelajaran di
sekolah.
Contoh
peta konsep motif batik pada materi “ Belajar Berorganisasi” Pendidikan
Kewarganegaraan kelas 5 Sekolah Dasar
PENUTUP
Indonesia
yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara,
bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang
memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan.
Pendidikan
muatan lokal (Mulok) adalah sebuah pengajaran untuk mengajak siswa untuk
mencintai daerahnya sendiri, mencintai
hasil karya daerahnya, mengetahui budaya daerahnya dan hal lain yang bersifat
lokal. Dengan demikian diharapkan dapat
tumbuh rasa mencintai, menghargai, dan keinginan untuk terus melestarikan
budaya lokalnya. Di Kota Pekalongan, pengembangan kurikulum muatan lokal
berdasarkan ketrampilan warisan budaya yaitu Kerajina Batik. Kerajinan Batik
dapat dijadikan alternatif pengembangan kurikulum Muatan Lokal di Sekolah Dasar
di Kota Pekalongan, karena Batik merupakan kerajinan warisan leluhur dan
warisan budaya yang harus menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat di Kota
Pekalongan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dirancang secara lebih
efektif dan efisien di Sekolah Dasar sehingga lebih bermakna yaitu dengan
diintegrasikan dengan mata pelajaran lain dengan cara menyuruh siswa untuk
membuat peta konsep materi pelajaran tersebut agar lebih memudahkan peserta
didik memahami materi pelajaraan tersebut. Motif Batik dapat dijadikan sebagai teknik dalam mebuat
peta konsep untuk meringkas materi pembelajaran sehingga lebih menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar